Coretan Ilmu

Sabtu, 05 Mei 2018

Belajar Islam Angkatan 3 (BIS)


بسم الله الرحمن الرحيم 

Yuk Gabung di Grup WhatsApp BELAJAR ISLAM ANGKATAN 3.

Sebuah grup yang akan mempelajari Islam secara sistematis, mudah dan selalu merujuk kepada Al Quran dan Al Hadits, yang dibina langsung oleh Ustadz Beni Sarbeni, Lc dengan menggunakan aplikasi WhatsApp.

Syaratnya sederhana,
Pakai HP yang bisa buat WA dan bisa akses internet
Seriusan mau belajar Islam
Mengikuti aturan grup
Sudah, itu aja...

Tertarik?
Langsung daftarkan diri via WhatsApp...

Ketik:
A3_Nama_Umur_Pekerjaan_Asal

Contoh:
A3_Abdullah_40_Dokter_Bandung
Kirim ke WhatsApp BIS Center:
*+6281 2222 00 317* khusus *Lelaki*
*+6281 2222 00 318* khusus *Wanita*

    ** Pendaftaran ditutup :
    ** *Tgl. 21 MEI 2018*
    ** Mulai Belajar InsyaAllah :
    ** *Tgl. 1 JUNI 2018*

Segera gabung yaa...
Dan kabari saudara muslim lainnya
Semoga Allah ﷻ membalas kebaikan antum yang ikut menyebarkan informasi ini.

*BIS CENTER*
https://www.belajar-islam.net
🍃☘🍃☘🍁🍃☘🍃☘

Nikah Saat Masih Kuliah, Why Not?

Pertanyaan:
Ustadz, orangtua saya melarang anak-anaknya menikah sampai umur 26 th ke atas, tapi membolehkan pacaran. Sedang saya ingin menikah muda. Bagaimana nasihat ustadz?

Jawaban:
Berikan penjelasan ke orangtuanya. Ini banyak penyakit. Subhaanallah, di tengah-tengah masyarakat kita ini. Orangtua tidak malu kalau anaknya gonta-ganti pacar. Bulan lalu yang datang mobil merah, 2 bulan lagi mobil biru. Wajahnya sudah beda. Bulan lalu yang datang kulit putih, sekarang kulit hitam. 6 bulan kemudian datang lagi yang lain, dan seterusnya. Tetangga tanya, ini siapa? (dengan bangga dijawab) pacar baru anak saya. Eh, giliran nikah muda, malah dianggap aib.

Tidak ada hubungannya melakukan ibadah dengan prestasi dunia. Kamu sarjana dulu baru nikah, apa hubungannya?! Sarjana dengan nikah gak ada hubungannya. Orang setelah menikah akan ada perasaan tanggung jawab. Si laki-laki akan kerja, istrinya yang jadi pendampingnya siap untuk hidup bersama-sama dengan dia.

Kita terus menghubungkan dengan prestasi dunia, banyak orangtua yang begitu egois. Pokoknya anaknya harus sarjana. Sudah sarjana, tunggu. Kerja dulu. Sudah kerja kemana-kemana, ke Kalimantan, Sumatera dll sampai dua tahun, lalu pulang mau nikah. Orangtuanya bilang "sebentar, beli rumah dulu!".

Ini dan itu sampai anaknya umur 35 tahun baru nikah. Orangtua bilang gak apa-apa, anak laki-laki umur segitu masih laku. Iya emang laku, tapi hatinya terbakar! Kasihan dia, kebutuhan biologis tidak bisa dibendung.

Sampaikan kepada orangtua, tidak ada hubungannya menikah dengan prestasi dunia. Kalau ditanya "Mau kasih makan apa", jawab saja kasih makan yang saya makan. "Perempuan mana yang mau nikah sama kamu?" Jawab saja, asalkan ayah ibu ridho, saya akan cari

Tentu orangtua bisa disentuh juga dari sisi perasaan. Misal dibahasakan baik-baik. Saya betul-betul terganggu, saya takut berbuat dosa, dst dibahasakanlah begitu.

Diringkas dari tanya jawab dengan ustadz Khalid Basalamah https://youtu.be/7JQCG3fd8A4

Repost dari Instagram @TaqwArt

Apa Itu Manhaj Salaf?


Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Pertanyaan?

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah ditanya : “Mengapa perlu menamakan diri dengan Salafiyah, apakah itu termasuk dakwah Hizbiyyah, golongan, madzhab atau kelompok baru dalam Islam?"
 
Sesungguhnya kata “As-Salaf” sudah lazim dalam terminologi bahasa Arab maupun syariat Islam.

Adapun yang menjadi bahasan kita kali ini adalah aspek syari’atnya.

Dalam riwayat yang shahih, ketika menjelang wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Sayidah Fatimah radyillahu ‘anha : “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik “As-Salaf” bagimu adalah Aku”.

Dalam kenyataannya di kalangan para ulama sering menggunakan istilah “As-Salaf”. Satu contoh penggunaan “As-Salaf” yang biasa mereka pakai dalam bentuk syair untuk menumpas bid’ah : “Dan setiap kebaikan itu terdapat dalam mengikuti orang-orang Salaf”. “Dan setiap kejelekan itu terdapat dalam perkara baru yang diada-adakan orang Khalaf”.

Namun ada sebagian orang yang mengaku berilmu, mengingkari nisbat (penyandaran diri) pada istillah Salaf karena mereka menyangka bahwa hal tersebut tidak ada asalnya. Mereka berkata : “Seorang muslim tidak boleh mengatakan “saya seorang Salafi”. Secara tidak langsung mereka beranggapan bahwa seorang muslim tidak boleh mengikuti Salafus Shalih baik dalam hal aqidah, ibadah ataupun ahlaq”.

Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau begitu maksudnya) membawa konsekwensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dipegang para Salafus Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya”. [Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim].

Maka tidak boleh seorang muslim berlepas diri (bara’) dari penyandaran kepada Salafus Shalih. Sedangkan kalau seorang muslim melepaskan diri dari penyandaran apapun selain Salafus Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli ilmupun menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan.

Sumber: almanhaj.or.idl/909-mengapa-harus-salafi
Pict: @fulann.a

Kamis, 03 Mei 2018

Cara Mengatasi Futur


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Ketika kita mulai futur (lemah) dari suatu amal. Segeralah ingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

‏لكل عمل شِرَّةٌ ولكل شِرَّةٍ فترةٌ فمن كانت فترته إلى
‏سنتي فقد أفلح ومن كانت إلى غير ذلك فقد هلك.
‏هذا حديث صحيح.23/5

“Setiap amal ada masa masa semangat dan setiap masa semangat akan mengalami masa futur. Barang siapa ketika masa futurnya kepada sunnah maka ia telah mendapat petunjuk. Dan siapa yang ketika masa futurnya bukan kepada sunnah maka ia binasa.” (HR Ahmad)

Futur artinya rasa malas dan lemah setelah sebelumnya ada masa rajin dan semangat. Penyakit futur dan malas banyak menjangkiti orang-orang yang menuntut ilmu agama dan juga orang-orang yang berusaha menapaki jalan kebenaran. Allah mentakdirkan adanya penyakit futur, tentulah Allah memberikan obatnya.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah ditanya, “Banyak penuntut ilmu agama yang lemah tekadnya dan futur dalam menuntut ilmu. Sarana apa saja yang dapat membangkitkan tekad dan semangat dalam menuntut ilmu?“. Beliau menjawab: “Dha’ful himmah (tekad yang lemah) dalam menuntut ilmu agama (Islam) adalah salah satu musibah yang besar. Untuk mengatasi ini ada beberapa hal:
1. Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah ‘Azza Wa Jalla dalam menuntut ilmu.
2. Selalu bersama dengan teman-teman yang semangat dalam menuntut ilmu.
3. Bersabar, yaitu ketika jiwa mengajak untuk berpaling dari ilmu.

Sumber: Kitabul ‘Ilmi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, hal 97, cetakan Darul Iman

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penulis : Instagram @theghuroba