Coretan Ilmu

Sabtu, 05 Mei 2018

Apa Itu Manhaj Salaf?


Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Pertanyaan?

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah ditanya : “Mengapa perlu menamakan diri dengan Salafiyah, apakah itu termasuk dakwah Hizbiyyah, golongan, madzhab atau kelompok baru dalam Islam?"
 
Sesungguhnya kata “As-Salaf” sudah lazim dalam terminologi bahasa Arab maupun syariat Islam.

Adapun yang menjadi bahasan kita kali ini adalah aspek syari’atnya.

Dalam riwayat yang shahih, ketika menjelang wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Sayidah Fatimah radyillahu ‘anha : “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik “As-Salaf” bagimu adalah Aku”.

Dalam kenyataannya di kalangan para ulama sering menggunakan istilah “As-Salaf”. Satu contoh penggunaan “As-Salaf” yang biasa mereka pakai dalam bentuk syair untuk menumpas bid’ah : “Dan setiap kebaikan itu terdapat dalam mengikuti orang-orang Salaf”. “Dan setiap kejelekan itu terdapat dalam perkara baru yang diada-adakan orang Khalaf”.

Namun ada sebagian orang yang mengaku berilmu, mengingkari nisbat (penyandaran diri) pada istillah Salaf karena mereka menyangka bahwa hal tersebut tidak ada asalnya. Mereka berkata : “Seorang muslim tidak boleh mengatakan “saya seorang Salafi”. Secara tidak langsung mereka beranggapan bahwa seorang muslim tidak boleh mengikuti Salafus Shalih baik dalam hal aqidah, ibadah ataupun ahlaq”.

Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau begitu maksudnya) membawa konsekwensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dipegang para Salafus Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya”. [Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim].

Maka tidak boleh seorang muslim berlepas diri (bara’) dari penyandaran kepada Salafus Shalih. Sedangkan kalau seorang muslim melepaskan diri dari penyandaran apapun selain Salafus Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli ilmupun menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan.

Sumber: almanhaj.or.idl/909-mengapa-harus-salafi
Pict: @fulann.a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar